Sabtu, 31 Maret 2012

Kapal Phinisi


Kapal PINISHI

                        
 A.DESKRIPSI
    Pinisi adalah kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antar pulau. Pinisi adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengharungi tujuh samudera besar di dunia.
    PHINISI adalah juga jenis kapal kayu tradisional masyarakat Bugis-Makassar. Pembuatannya unik. Perahu-perahu dari tangan para ahli itu memiliki keseimbangan yang sempurna kendati diciptakan dengan mengandalkan naluri dan tanpa alat modern. Phinisi memang sarat dengan falsafah hidup tradisional suku Bugis-Makassar.
   Phinisi memiliki peran penting dalam sejarah masyarakat Nusantara. Kapal inilah yang digunakan para pelaut dulu kala untuk mengarung samudra menjelajah dunia. Kini, salah satu karya para ahli perahu di Bontobahari itu menjadi koleksi Museum Kota Paris.
   Di dunia internasional, perahu Phinisi baru dikenal sejak 1906 silam. Perahu itu adalah bentuk termodern dari kapal tradisional orang Bugis-Makassar yang telah mengalami proses evolusi panjang. Kapal itu dibuat sebagai perahu layar dengan dua tiang dan tujuh hingga delapan helai layar. Pada umumnya perahu ini berukuran kecil dengan daya muat antara 20 hingga 30 ton dan panjang antara 10 hingga 15 meter. Hampir keseluruhan pembuatan perahu dilakukan dengan teknik-teknik sederhana dan mengunakan tenaga mesin yang sangat minim.
   Sekarang Kita flashback ke awal sejarah adanya perahu phinisi
Di ujung selatan pulau Sulawesi, masyarakat setempat membangun sebuah tradisi bahari selama ratusan tahun. Cerita-cerita tentang keperkasaan para pelaut Bugis, Makassar, Mandar, dan Konjo telah menjadi buah bibir hingga ke pelosok negeri nun jauh di seberang lautan. Keindahan dan kekokohan perahunya dalam menghadapi keganasan ombak lautan, telah melahirkan cerita-cerita kepahlawanan yang mengagumkan.
   Tidak banyak orang yang tahu, kalau kapal phinisi itu adalah kapal dari kayu yang dirakit dan didesain di sebuah desa terpencil di Tanjung Bira Kecamatam Bira Kabupaten Bulukumba, atau sekitar 200 km arah utara Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
   Phinisi kini bukan lagi kapal barang tetapi sudah menjadi kapal wisata dan sekaligus menjadi rebutan sejumlah pengusaha di dunia yang bergerak bidang parawisata dan restoran laut.
 B.ANALISIS
   Phinisi merupakan kapal layar asli indonesia khas daerah sulawesi, yang memiliki banyak kegunaan di samping bentuknya yang terlihat indah.
 Nilai Artistik
    Unsur-unsur yang terkandung di dalam kapal pinisi terlihat begitu menyatu, sehingga menciptakan satu kesatuan yang indah. Mulai dari bentuk, warna tekstur dan cara pembuatannya sendiri telah menciptakan nilai artistik tinggi.
 Nilai Budaya
 
   Sebagai salah satu identitas Orang Bugis, Pinisi mencerminkan tentang budaya orang bugis yang tidak pernah usang di makan zaman.
 Nilai Ekonomi
   Oleh karna nilai artistik yang tinggi, serta waktu pembuatanya yang sangat lama, maka tak heran jika harga satu buah kapal Phinisi bisa mencapai miliaran rupiah bahkan sekarang Phinisi kini bukan lagi kapal barang tetapi sudah menjadi kapal wisata dan sekaligus menjadi rebutan sejumlah pengusaha di dunia yang bergerak bidang parawisata dan restoran laut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 31 Maret 2012

Kapal Phinisi


Kapal PINISHI

                        
 A.DESKRIPSI
    Pinisi adalah kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antar pulau. Pinisi adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengharungi tujuh samudera besar di dunia.
    PHINISI adalah juga jenis kapal kayu tradisional masyarakat Bugis-Makassar. Pembuatannya unik. Perahu-perahu dari tangan para ahli itu memiliki keseimbangan yang sempurna kendati diciptakan dengan mengandalkan naluri dan tanpa alat modern. Phinisi memang sarat dengan falsafah hidup tradisional suku Bugis-Makassar.
   Phinisi memiliki peran penting dalam sejarah masyarakat Nusantara. Kapal inilah yang digunakan para pelaut dulu kala untuk mengarung samudra menjelajah dunia. Kini, salah satu karya para ahli perahu di Bontobahari itu menjadi koleksi Museum Kota Paris.
   Di dunia internasional, perahu Phinisi baru dikenal sejak 1906 silam. Perahu itu adalah bentuk termodern dari kapal tradisional orang Bugis-Makassar yang telah mengalami proses evolusi panjang. Kapal itu dibuat sebagai perahu layar dengan dua tiang dan tujuh hingga delapan helai layar. Pada umumnya perahu ini berukuran kecil dengan daya muat antara 20 hingga 30 ton dan panjang antara 10 hingga 15 meter. Hampir keseluruhan pembuatan perahu dilakukan dengan teknik-teknik sederhana dan mengunakan tenaga mesin yang sangat minim.
   Sekarang Kita flashback ke awal sejarah adanya perahu phinisi
Di ujung selatan pulau Sulawesi, masyarakat setempat membangun sebuah tradisi bahari selama ratusan tahun. Cerita-cerita tentang keperkasaan para pelaut Bugis, Makassar, Mandar, dan Konjo telah menjadi buah bibir hingga ke pelosok negeri nun jauh di seberang lautan. Keindahan dan kekokohan perahunya dalam menghadapi keganasan ombak lautan, telah melahirkan cerita-cerita kepahlawanan yang mengagumkan.
   Tidak banyak orang yang tahu, kalau kapal phinisi itu adalah kapal dari kayu yang dirakit dan didesain di sebuah desa terpencil di Tanjung Bira Kecamatam Bira Kabupaten Bulukumba, atau sekitar 200 km arah utara Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
   Phinisi kini bukan lagi kapal barang tetapi sudah menjadi kapal wisata dan sekaligus menjadi rebutan sejumlah pengusaha di dunia yang bergerak bidang parawisata dan restoran laut.
 B.ANALISIS
   Phinisi merupakan kapal layar asli indonesia khas daerah sulawesi, yang memiliki banyak kegunaan di samping bentuknya yang terlihat indah.
 Nilai Artistik
    Unsur-unsur yang terkandung di dalam kapal pinisi terlihat begitu menyatu, sehingga menciptakan satu kesatuan yang indah. Mulai dari bentuk, warna tekstur dan cara pembuatannya sendiri telah menciptakan nilai artistik tinggi.
 Nilai Budaya
 
   Sebagai salah satu identitas Orang Bugis, Pinisi mencerminkan tentang budaya orang bugis yang tidak pernah usang di makan zaman.
 Nilai Ekonomi
   Oleh karna nilai artistik yang tinggi, serta waktu pembuatanya yang sangat lama, maka tak heran jika harga satu buah kapal Phinisi bisa mencapai miliaran rupiah bahkan sekarang Phinisi kini bukan lagi kapal barang tetapi sudah menjadi kapal wisata dan sekaligus menjadi rebutan sejumlah pengusaha di dunia yang bergerak bidang parawisata dan restoran laut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar